TINGKAH LAKU TERPUJI
Pentingnya kejujuran
Kejujuran membawa kebajikan
Orang yang jujur dapat
pertolongan Allah
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT.
Yang telah memberikan ni’mat Sehat, Iman, dan Islam pada kita semua, sehingga
segala kendala dalam upaya dalam penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Shalawat dan Salam kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. manusia pilihan Allah yang membawa Risalah kepada kita semua,
sehingga kita terlepas dari belenggu kebodohan, kesesatan dan mengajak serta
membimbing kita menuju alam Ilmu Pengetahuan tentunya dengan Iman dan Islam.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak dosen
pembimbing mata kuliah “Hadits” yang telah memberikan saya tugas penting ini.
Dalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja, oleh sebab itu,
senang kiranya jika Bapak dosen pembimbing mata kuliah “Hadits” bisa memberikan
kritik dan saran guna tercipta kesempurnaan dalam penulisan makalah-makalah
yang akan datang.
Inilah sedikit kata-kata yang telah saya susun
dalam lembaran-lembaran yang saya harapkan akan memberikan ilmu pengetahuan
kepada kita semua. Semoga kita dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang terkandung
didalamnya, Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Serang, 22 Maret 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Dalam kehidupan
sehari – hari antara sesama manusia saling bergaul dan berinteraksi, agar
hubungan ini berjalan dengan baik tentunya ada aturan yang harus dijalankan,
bagi umat Islam tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an dan
sunnah Rasulllah SAW yang sering kita sebut dengan Sifat terpuji atau akhlak
terpuji.
Dalam pembahasan
yang akan diterangkan pada makalah ini, bahwa penulis akan mengemukakan tentang
pentingnya kejujuran, kejujuran membawa kebajikan dan orang yang jujur
mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. tiga hal ini yang sebaiknya patut kita lakukan
sehari-hari.
Hal ini diusun
dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah wawasan, penulis juga
mengharapkan kepada pembaca mampu menjadikan ilmu ini sebagai salah satu
rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari – hari. Kemudian juga
pembahasan ini dibuat sebagai bentuk tugas dari mata kuliah “:Hadits” dalam
tugas individu yang disajikan dalam bentuk makalah.
B. RUMUSAN
MASALAH
·
Apa pentignya
kejujuran?
·
Apakah
kejujuran membawa kebajikan?
·
Apakah orang
yang jujur mendapatkan pertolongan Allah SWT.?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENTINGNYA
KEJUJURAN
Jujur menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah lurus hati; tidak berbohong, tidak curang, tulus; ikhlas.[1]
Sedangkan kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan
(hati).[2]
Jujur
merupakan sikap yang ada pada diri manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia
sulit menerapkan sikap jujur pada
dirinya, serta saat ini jarang sekali orang yang benar-benar jujur. Sikap jujur
harus ditanamkan pada diri sendiri, dan
harus mulai diterapkan pada usia dini. Menerapkan sikap jujur pada anak di usia
dini sangatlah penting, karena dengan menerapkan kejujuran pada anak,
akan membiasakan anak untuk berkata dan
bersikap jujur.
Kejujuran meliputi tiga
hal yaitu ucapan, keyakinan dan perbuatan.
Jujur dalam ucapan
adalah hendaknya sesuai dengan apa yang ada dalam hati atau sesuia dengan
kenyataan, atau sesuai dengan keadaan keduanya (hati dan fakta).
Jujur dalam keyakinan
adalah dimulai dengan adanya kajian tentang masalah keyakinan itu sendiri,
kemudian mencari dalil argumentasi dari panca indra, syariat, logika dengan
disertai dengan penafian subhat tentangnya.
Jujur dalam perbuatan
adalah adanya kesesuaian antara kepribadian yang nampak dengan apa yang ada
dalam diri sendiri. Sehingga tulus ikhlas kepada Allah mengharapkan kebaikan
dengannya.[3]
Seorang muslim
adalah orang yang jujur. Dia mencintai kejujuran, menemukannya lahir batin
didalam ucapan dan perbuatan, karena kejujuran menunjukkan kebaikan, dan
kebaikan dan menunjukkan kepada surga. Adapun kebalikan dari jujur adalah
dusta. Sifat ini menunjukkan kepada kejahatan, dan kejahatan menunjukkan kepada
neraka.[4]
Sebagaimana
sabda Rasulallah SAW.
“Dari Ibnu Mas’ud ra. dari
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya jujur itu mendorong untuk beramal saleh,
dan sesungguhnya amal saleh itu menunjukkan jalan kesurga. Dan seseorang yang
benar-benar/terus-menerus berbuat jujur (sehingga menjiwai dan berbudi),
ditetapkan disisi Allah sebagai ahli jujur. Dan sesungguhnya dusta itu
mendorong untuk berbuat keji dan perbuatan keji itu menyampaikan ke neraka. Dan
seorang yang benar-benar/terusmenerus berdusta, ditetapkan disisi Allah sebagai
ahli dusta.”[5]
(Mutafaq
Alaih)
Seorang
muslim tidak hanya melihat kejujuran sebagai akhlak mulia saja, melainkan
memandangnya lebih dari pada itu. Seorang muslim memandang kejujuran sebagai
penyempurna iman dan keislamannya. Allah SWT. menyuruh berbuat jujur dan memuji
mereka yang jujur. Begitu juga Rasulullah SAW. menyuruh yang
sama,menganjurkannya, dan mengajak untuk berbuat jujur. Allah SWT.
Sebagaimana
firman Allah dalam surat At Taubah ayat 119
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Artinya
:
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian beserta orang-orang yang
jujur.
(Q.S At-Taubah:119)
Ada tiga perilaku penting
yang harus diteladani dan dilakukan oleh umat Muslim, dimana ketiga perilaku
tersebut dijanjikan oleh Rasulallah SAW.
akan mengantarkan umat Muslim ke dalam surganya Allah.
Sebagaimana Rasulallah SAW
bersabda
وعن أبي
أمامة الباهلي رضي الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ
الْمِرَاءَ
وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ
تَرَكَ الْكَذِب وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ
حَسَّنَ خُلُقَهُ
(رواه أبوداود بإسناد صحيح)
Artinya:
“Abu ummah Al Bakhili r.a.
berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda, saya dapat menjamin suatu rumah di kebun
surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin
suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun
bergurau. Dan menjamin suatu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang
orang baik budi pekertinya.””
(H.R. Abu Dawud dengan sanan yang
sahih)
Hadist di atas menerangkan tiga
perilaku penting bagi kaum Musimin yang mendapatkan jaminan surga dari
Rosulullah SAW. Bagi mereka yang memimilkinya. Ketiga perilaku tersebut adalah
1. Orang yang meninggalkan perdebata meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah bantah
adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk
menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan
debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak
tahu persis permasalahannya, karena kebodohannya. Dan lebih ditonjolkna dalam
berdebat adalah keegoannya sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya
dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua orang bentuk perdebatan dilarang dalam
Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja,
perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebatannya
dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan didasarkan pada keinginan untuk
mencari kebenaran.
Pada saat berdebat tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat
tinggi dan tidak mau dikalahkan oleh orang lain atau pun mengalah walaupun
dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu biasanya selalu berusaha
untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Bahkan tidak sedikit kasus yang
diawali dari perdebatan berakhir dengan perkelahian dan pertumpahan darah.
Padahal, terkadang mereka adalah sama-sama berada
didalam persaudaraan islam. Rasulullah SAW. bersabda :
ماضل قوم بعدان ھداھم لله إلاأوتواالجدل (رواه لترمذى عن أبى
امامه)
Artinya:
“ Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah,
kecuali kaum yang suka mendatangkan perdebatan “
(H.R. At Tarmidi dari Abu Umammah)
Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam
setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan
membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan
berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam perdebatantersebut,
melainkan menang disisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana Nabi
menyatakn bahwa dijamin surga baginya.[6]
2.
Orang yang tidak berdusa meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesutau yang tidak sesuai dengan
kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dilarang dalam islam. Karena selain
erugikan orang lain, juga merugikan dirinya sendiri. Dusta adalah salah satu
sikap tercela yang menunjukkan sifat orang yag tidak beriman kepada Allah.
Dengan tegas Allah menjelaskan hal ini didalam surat an-Nahl ayat 105:
إِنَّمَا يَفْتَرِى ٱلْكَذِبَ ٱلَّذِينَ
لَا يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰذِبُونَ
Aratinya:
“Sesungguhnya yang mengada-ngadakan kebohongan, hanyalah
orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah
orang-orang pendusta”. [7]
(Q.S. AnNahl: 105)
Dusta yang paling besar adalah dusta terhadap Allah swt.
Sebagaimana yang disebutkan didalam surat az-Zumar ayat 60:
وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ تَرَى ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟
عَلَى ٱللَّهِ وُجُوهُهُم مُّسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِى جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِّلْمُتَكَبِّرِين
Artinya:
“Dan pada hari
kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya
menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang
yang menyombongkan diri?”
(Q.S. az Zumar:
60)
Islam sangat menghargai orang
yang bersifat jujur walaupun dalam bercanda. Orang orang yang selalu jujur,
sekalipun dalam bercanda sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas dijaminkan
oleh Rasulallah SAW. satu tempat di tengah surga.
Dalam bercanda, seseorang
biasanya suka melebihkan candaannya untuk mengundang tawa orang yang diajak
bercanda. Hal ini membuatnya merasa puas, maka dibuatlah gurauan dengan
berbagai cara walaupun harus bohong. Hal seperti itu tidaklah dibenarkan dalam
Islam karena apapun alasannya berbohong merupakan perbuatan yang dilarang.
Rasulallah SAW. bersabda:
عن بهز بن حكيم عن ابيه عن جده قال: قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ
وَيْلٌ لَهُ (أخرجه الثلاثة وإسناده قوي)
Artinya:
“Dari Bahz Ibn Hakim dari
bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulallah SAW. bersabda, ‘kecelakaanlah bagi
orang orang yang menceritakan, tetapi ia berdust untuk membuat oarang orang
tertawadengan itu. Kecelakaanlah baginya kemudian kecelakaanlah baginya.’”
(Dikeluarkan oleh tiga dan
isnadnya kuat)
Rasulallah SAW. memberikan contoh
tentang bercanda tidak dicampuri bohong. Ketika beliau didatangi seseorang
nenek yang bertanya apakah dia akan masuk surga, Nabi menjawab nenek itu tidak
akan masuk surga. Hal itu membuat sang nenek menangis sehingga membuat Siti
Aisyah merasa iba padanya. Kemudian ia menanyakan kepada Rasulallah tentang
jawaban yang diberikan kepada nenek tersebut. Rasulallah SAW. menjawab
menjelaskan bahwa disurga tidak akan ada nenek nenek atau kakek kakek. Mereka
yang ketika di dunia sudah tua, kalau masuk surga, mereka akan muda kembali,
Siti Aisyah pun pergi dan tertawa.[8]
3.
Orang yang baik budi pekertinya
Diketahui bahwa salah satu misi terpenting Rasulullah SAW.
diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia sebagaimana Abu Hurairah berkata bahwasaanya nabi bersaabda:
ٳنّما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق
Artinya:
“Aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak”[9]
Memperbaiki akhlak tersebut mencakup segala lingkupnya.
Diantaranya akhlak terhadap Allah dengan cara mengesakan dan beribadah hanya
kepada-Nya. Dan Akhlak kepada manusia dengan cara, bermuka manis berusaha untuk
membantu orang lain dalam perkara yang baik.
وعن عبدالله بن عمروبن لعاص رضي الله عنها قال: لم یكن رسول الله ص ٠م فاحشا ولامتفحّشا
وكان
یقول : ٳن مّن خیاركم أحسنكم أخلاقّا (متفقعلیه)
Artinya:
“Abdullah bin Amru Al-Ashr r.a berkata, “Rasulullah SAW. bukan
seorang yang memiliki perilaku dan perkataan yang keji. Nabi SAW. bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak
(budi pekertinya).”
(H.R. Bukhori dan Muslim)
B.
KEJUJURAN MEMBAWA KEBAJIKAN
حَدِیثُ عَبْدِ لله بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ للهُ عَنْھُ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى للهُ عَلَیْھِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنَّ الصِّدْقَ یَھْدِي إِلَى
البِرِّ،
وَإِنَّ البِرَّ یَھْدِي إِلَى
الجَنَّةِ، وإِنَّ الرَّجُلَ لَیَصْدُقُ حتى
یَكُونَ صِدِّیقًاز. وَإِنَّ الكَذِبَ یَھْدِي إِلَى الفُجُورِ. وَإِنَّ
الفُجُورَ یَھْدِي إِلَى النَّارِ. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَیَكْذِبُ
حَتَّى یُكْتَبَ عِنْدَ لله كَذَّابًا (اخرجه الخارى )
Artinya:
Ĥadīś riwayat ‘Abdullah ibn Mas’ud
rađiyaLlāhu ‘anhu tentang Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda:“Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan
itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang
senantiasa berlaku jujur, ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pad kejahatan,
dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya
jika seseorang yang selalu berdusta, ia akan dicatat
sebagai seorang pendusta.”
(Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 5629)
Ada 6 jaminan untuk masuk surga. Yaitu,
jujurlah bila berbicara, tepatilah bila berjanji, sampaikanlah bila diberi
amanat, peliharalah kemaluan kalian, merundukkan pandangan
mata kepada hal-hal yang haram dilihat, dan cegahlah kedua tangan dari hal-hal
yang
diharamkan Allah. Barang siapa yang
memlihara hal-hal tersebut, niscaya dijamin akan masuk surga sebagaimana sabda
rasulullah SAW:
“Jaminan untukku enam perkara dari diri
kalian, niscaya kujamin surga untuk kalian, yaitu: apabila kalian berbicara
jujurlah, apabila berjanji tepatilah, apabila
diberi amanat sampaikanlah amanat itu, pelliharalah kemaluan kalian,
tundukkanlah pandangan makalian, dan cegahlah kedua tangan kalian.” [10]
(Riwayat Baihaqi melalui Ubadah Ibnush
Shaamit)
Dalam Al-Qur’an dinyatakn bahwa orang
yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang
yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat az Zumar ayat 33
وَالَّذِي جَاءَ
بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Artinya:
“Dan orang yang
membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.”
(Q.S. az Zumar : 33)
Orang yang jujur akan melaksanakan
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya,
serta mengikuti segala sunnah rasulullah SAW., karena hal itu merupakan
janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. Kejujuran akan selalu
mengantarkan seseorang kepada kebaikan sementara dusta senantiasa membawa
keburukan.
C.
ORANG YANG JUJUR
DAPAT PERTOLONGAN ALLAH
عَنْ أَبِي ھُرَیْرَةَ رَضِيَ الله
عنه. عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم. قال: مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ
یُرِیدُ أَدَاءَھَا أَدَّى
الله عَنْھُ وَمَنْ أَخَذَ یُرِیدُ
إِتْلَافَھَا أَتْلَفَه الله (رَوَاهُ البُخَارِيّ وَابْنُ مَاجَھ وَغَیْرُھُمَا)
Artinya:
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu
‘anhu dari Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mengambil
harta manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan
membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak
orang itu” [11]
(H.R. Bukhari, Ibnu Majah dan selainnya)
Dalam kejidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka
meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang
usahanya. Hal itu dibolehkan dalam Islam dan Allah SWT akan menolong mereka
kalau mereka berniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan
berniat untuk mengembalikannnya kepada pemiliknya.
Peminjan tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan
uang yang dipinjamnya untuk berpoya-poya sehingga uang tersebut habis begitu
saja dan ia sendiri tiak memiliki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan
pemilik modal karena akan menggantikan usahanya, yang
sangat penting untuk membiayai keluarganya.
Oleh karena itu, setiap peminjam modal hendaknya ingat bahwa
harta tersebut adalah amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya. Dalam
islam umat nya selalu diingatkan untuk menjaga amanat yang dipercayakan
kepadanya dan mengembalikan amanat tersebut kepada pemiliknya, sebagaimana
firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 58:
إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ
بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ
بِهِ ۗ
إِنَّ اللَّهَ
كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Q.S. An Nisa:
58)
Begitu pula seorang peminjam modal, ia harus berusaha sekuat
tenaga untuk menjaga kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara
mengembalikan modal yang dipinjam nya pada waktu yang telah disepakati. Jika ia
berbuat demikian, pemilik modal akan semakin mempercayai nya. Ini berarti, jika
ia memerlukan modal lagi, ia tidak akan mengalami kesulitan.
Selain akan mendapat predikat Shiddiq sebagaimana dijelaskan
dalam pembahasan terlebih dahulu, ia juga akan dimudahkan Allah SWT dalam setiap usahanya,
terutama dalam usahanya untuk mengembalikan modal yang diamanatkan padanya.
Allah SWT berfirman:
ومن یتّق الله یجعل لھ مخرجًا
Artinya:
“ Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT niscaya dya akan
mengadakan kepadanya jalan keluar “.
(Q.S. Thalaq:4)
Sebaliknya, apabila dya bermaksud berkhianat, yakni meminjam
barang atau harta tersebut untuk dirusak atau sengaja tidak akan mengembalikannya,
Allah SWT akan membalas perbuatan Dzalim tersebut, sebagaimana firman-Nya : Sebaliknya, apabila dya bermaksud berkhianat, yakni
meminjam barang atau harta tersebut untuk dirusak atau sengaja tidak akan mengembalikannya, Allah SWT akan membalas
perbuatan Dzalim tersebut, sebagaimana firman-Nya :
وَلَا
تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا
يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
Artinya:
“Dan
janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang
diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh
kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.“
(QS. Ibrahim :
42)
Berdasarkan penjelasan diatas dipahami bahwa bersikap jujur
dalam segala hal akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sebaliknya, bersifat khianat akan mendapat keburukan di dunia
maupun di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bersikap jujur dalam segala hal akan mendapatkan pertolongan
Allah SWT. Sebaliknya, bersifat khianat akan mendapat keburukan di dunia maupun
di akhirat. Kejujuran akan mendapat kebajikan dan orang yang jujur akan selalu
mendapat pertolongan Allah. Tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan
surga dari rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga
perilaku ini harus di iringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan
islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
2. Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau.
3. Orang yang baik budi pekertinya
DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.web.id/jujur
https://kbbi.web.id/kejujuran
Syafe’i Rachmat.2000. Al-Hadis. Bandung: Pustaka setia
Masyhuri.Abdul Aziz.1980. Mutiara
Qur’an dan Hadits.Surabaya:Al-ikhlas
Jabir El-jazairi.Abu bakar. Pola
Hidup muslim.
Al-Hasyimi.Sayyid Ahmad.1993. Syarah
Mukhtaarul Ahaadiits.Bandung:Sinar
Baru Algensindo
Masyhuri.Abdul Aziz.1980. Mutiara
Qur’an dan Hadits.Surabaya:Al-ikhlas
Jabir El-jazairi.Abu bakar. Pola
Hidup muslim